FERTILITAS
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Ilmu
Kependudukan
Yang
dibina oleh Ibu Endang Sri Redjeki dan Ibu Septa Katmawanti, S.Gz., M.Kes
Disusun
Oleh:
Afiatur
Rofika S. (140612601554)
Aulia
Rahmawati (140612602947)
Lariza Puspa Kirana (140612602947)
Rilo
Punjung Pangestu (140612604365)
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr.
Wb
Alhamdulillahirabbilalamin,
segala puji hanyalah untuk Allah Tuhan sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami
para penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Fertilitas”.
Dalam
penyusunannya, kami para penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua dan segenap keluarga besar kami para penulis yang telah memberikan dukungan,
kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun
kami para penulis berharap isi dari makalah
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh
Karena itu, kami para penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami para penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
WassalamualaikumWr.
Wb.
Malang, 29 September 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fertilitas sebagai istilah demografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau
sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi
yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai
arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup
peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut
dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim
seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas,
berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas
merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir
tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live)
yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Kemampuan fisiologis wanita untuk
memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam reproduksi dikenal dengan
istilah fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini disebut infekunditas, sterilitas
atau infertilitas fisiologis.
Pengetahuan yang cukup dapat
dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur
belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat dikatakan
semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan
untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja dari mereka yang
telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang
wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang
bayi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks
dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian) karena seorang wanita
hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi.
Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang
(suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang
yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti
mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya,
seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko
melahirkan dari wanita tersebut menurun.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan konsep dari
fertilitas?
2. Apa sumber-sumber data
fertilitas?
3. Apa ukuran-ukuran dari
fertilitas?
4. Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi fertilitas?
5. Bagaimana standarisasi ukuran
fertilitas?
6. Bagaimana pengaruh fertilitas
terhadap masalah kesehatan?
1.3 Tujuan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dan konsep dari fertilitas
2.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sumber-sumber data dari fertilitas
3.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami ukuran-ukuran dar fertilitas
4.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
fertilitas
5.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami standarisasi ukuran fertilitas
6.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh fertilitas terhadap kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan konsep fertilitas
Fertilitas
sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan
potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya.
Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan
natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi
manusia.
Istilah
fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan,
seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya.
Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita.
Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir
mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa kelahiran.
Konsep-konsep
Fertilitas
Dalam buku Dasar-dasar Demografi terbitan FE UI, dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
Dalam buku Dasar-dasar Demografi terbitan FE UI, dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
- Lahir hidup (Life Birth), menurut
WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di
dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal :
bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot.
- Lahir mati (Still Birth) adalah
kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28
minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
- Abortus adalah kematian bayi dalam
kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus :
disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus).
Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah
aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah
keguguran.
- Masa reproduksi (Childbearing age)
adalah masa dimana perempuan melahirkan, yang disebut juga usia subur
(15-49 tahun).
Namun, Tim Kompre Angkatan 51
memiliki konsep yang agak berbeda terkait kematian bayi, yakni :
·
Kematian bayi intra uterin (di dalam kandungan
ibu), terdiri dari:
- Abortus : kematian
janin menjelang dan sampai pada kandungan berumur 16 minggu.
- Immatur : kematian janin antara
umur kandungan di atas 16 minggu sampai 28 minggu.
- Prematur : kematian janin di dalam kandungan
pada umur kandungan di atas 28 minggu sampai waktu lahir
·
Kematian bayi extra uterin (di
luar kandungan ibu), terdiri dari:
- Lahir mati (still birth)
: jika bayi yang lahir setelah cukup masanya, tetapi tidak ada tanda-tanda
kehidupan
- Kematian baru lahir (neonatal
death) atau kematian endogen : kematian sebelum bayi berumur 1 bulan
yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa bayi sejak lahir.
- Kematian lepas baru lahir (post
neonatal death) : kematian bayi setelah berumur 1 bulan tetapi kurang
dari 1 tahun yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan luar.
2.2
Sumber-sumber data fertilitas
§ Registrasi :
Pencatatan peristiwa vital yang dilakukan secara continue berdasarkan
laporan dari penduduk ( di Indonesia pencatatan ini di lakukan di kelurahan)
•
Data yang
tersedia Statistik kelahiran
•
Kelemahan:
–
Ketepatan
definisi dan aplikasi
–
Kelengkapan
registrasi
–
Ketepatan
alokasi tempat
–
Ketepatan
alokasi waktu
–
Ketepatan
pengelompokan kelahiran berdasarkan karakteristik ekonomi demografi.
§ Sensus Penduduk:
Pencacahan seluruh penduduk yang tercakup dalam suatu wilayah, di
Indonesia dilakukan 10 tahun sekali
·
Data yang
tersedia :
-
komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin
-
jumlah anak yang
pernah dilahirkan hidup
-
jumlah anak yang
dilahirkan satu tahun yang lalu
·
Kelemahannya :
keterangan jumlah anak tergantung daya ingat ibu
(recall bias), banyaknya anak yang lahir satu tahun yang lalu, kesalahan
pelaporan umur.
§ Survei:
-
Pengumpulan
data disesuaikan dengan
kebutuhan/keperluan
-
Dapat dilakukan
kapan saja
-
Di wilayah
tertentu
-
Data yang
tersedia di sensus pada umumnya juga ada di survai
•
Keterangan
tambahan mengenai fertilitas lebih rinci- riwayat kelahiran, status kehamilan,
keguguran , siapa yang menolong persalinan, dimana melahirkan dll
•
Kelemahannya
sama dengan di Sensus, karena yang ditanyakan adalah peristiwa yang sudah
lampau, ada kemungkinan lupa, salah atau tidak tepat informasinya.
Data Fertilitas yang bersifat Nasional
•
Sensus
Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000,
2010
•
Supas (Survai Antar Sensus) - 1976, 1985, 1995, 2005
•
Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional dilaksanakan setiap
tahun)
•
Survai (Survai
Fertilitas dan Mortalitas Indonesia 1973, Survai Prevalensi Kontrasepsi
Indonesia (SPI)1987, Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991, 1994, 1997, 2002, 2007)
•
Indonesian Family Life Survey (IFLS)/Sakerti
1993, 1997 dan 1998, dan IFLS 2000, 2007
2.3 Ukuran-ukuran fertilitas
Pengukuran fertilitas memiliki
dua macam pengukuran, yaitu pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran
fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah
mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu yang dihubungkan dengan jumlah penduduk
yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan
pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang
dilahirkan oleh seorang wanita hingga mengakhiri batas usia subur.
A. Ukuran-ukuran Fertilitas
Tahunan
1. Tingkat
Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat fertilitas kasar adalah
banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1.000 penduduk pada
pertengahan tahun. Dalam ukuran CBR, jumlah kelahiran tidak dikaitkan secara
langsung dengan penduduk wanita, melainkan dengan penduduk secara keseluruhan.
CBR = BPm x k
dimana:
CBR = Tingkat Kelahiran Kasar
Pm = Penduduk
pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B =
Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Adapun kelemahan dalam perhitungan
CBR yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih
kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun ke atas. Jadi angka yang dihasilkan
sangat kasar. Sedangkan kelebihan dalam penggunaan ukuran CBR adalah perhitungan
ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang
dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
2.
Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Tingkat fertilitas umum mengandung
pengertian sebagai jumlah kelahiran (lahir hidup) per 1.000 wanita usia
produktif (15-49 tahun) pada tahun tertentu. Pada tingkat fertilitas kasar
masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Tetapi pada tingkat fertilitas umum ini pada
penyebutnya sudah tidak menggunakan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
lagi, tetapi jumlah penduduk wanita pertengahan tahun umur 15-49 tahun.
GFR = BPf (15-49) x k
atau
GFR = Jumlah kelahiran pada tahun
tertentuJumlah penduduk wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun x k
dimana:
GFR
= Tingkat Fertilitas
Umum
B
= Jumlah kelahiran
Pf (15-49)
= Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
k
= Bilangan konstanta yang bernilai 1.000
Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR
adalah ukuran ini tidak membedakan kelompok umur, sehingga wanita yang berumur
40 tahun dianggap mempunyai resiko melahirkan yang sama besar dengan wanita
yang berumur 25 tahun. Namun kelebihan dari penggunaan ukuran ini ialah ukuran
ini cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun
atau sebagai penduduk yang “exposed to risk”.
3. Tingkat
Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
Diantara kelompok wanita reproduksi
(15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung
tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur. Dengan mengetahui
angka-angka ini dapat pula dilakukan perbandingan fertilitas antar penduduk
dari daerah yang berbeda.
ASFRi = BiPfi x
k
atau
ASFRi = Jumlah
kelahiran bayi pada kelompok umur iJumlah wanita kelompok umur i pada
pertengahan tahun x k
dimana:
ASFRi = Tingkat
Fertilitas menurut Umur
Bi
= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi
= Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k
= Angka konstanta,
yaitu 1.000
Berdasarkan dua kondisi di atas
dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait dengan SDM) sebagai berikut :
1) Jika fertilitas
semakin meningkat maka akan menjadi
beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan
ketimbang aspek intelektual.
2) Fertilitas meningkat
maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu
negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan
penduduknya.
3) Jika ASFR 20-24 terus
meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin menurun.
Adapun kelebihan dari penggunaan
ukuran ASFR antara lain :
a. Ukuran lebih
cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang “exposed to risk” ke dalam
berbagai kelompok umur.
b. Dengan ASFR
dimungkinkan pembuatan analisa perbedaan fertilitas (current fertility) menurut
berbagai karakteristik wanita.
c. Dengan ASFR
dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.
d. ASFR ini merupakan
dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR, GRR,
dan NRR).
Namun dalam pengukuran ASFR masih
terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu:
a. Ukuran ini
membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap kelompok
umur sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama
negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapatkan
ukuran ASFR.
b. Tidak
menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.
4.
Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility
Rate)
Tingkat fertilitas menurut urutan
kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu
negara. Kemungkinan seorang istri menambah kelahiran tergantung pada jumlah
anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat
kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang
masih hidup.
BOSFR = Jumlah kelahiran urutan
ke iJumlah wanita umur 15-49 pertengahan tahun
atau
BOFR=BoiPf(15-49)
x k
dimana:
BOSFR
= Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran
Boi
= Jumlaha
kelahiran urutan ke 1
Pf (15-49) = Jumlah
wanita umur 15-49 pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan
bernilai 1.000
B. Ukuran-ukuran Fertilitas
dan Reproduksi secara Kumulatif
1. Total Fertility
Rate (TFR)
Total Fertility Rate/ TFR adalah
rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita sampai akhir masa
reproduksinya. Rumus perhitungan TFR yaitu sebagai berikut.
TFR=5ASFR x
Keterangan :
TFR
= Angka Fertilitas Total
ASFR = Angka
Fertilitas Menurut kelompok umur
X
= Kelompok umur
Kebaikannya :
Merupakan ukuran untuk seluruh
wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut
kelompok umur.
2. Gross
Reproduction Rate/ GRR
Angka yang menunjukkan rata-rata
jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hidupnya,
dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Dalam
reit reproduksi kasar (GRR) tidak memperhitungkan unsur kematian. Rumus
perhitungan GRR yakni sebagai berikut.
GRR=5ASFRfx
atau
GRR=rasio jenis kelamin saat lahirx TFR
Keterangan :
GRR =
Angka Reproduksi Bruto
ASFR = Angka
Fertilitas menurut Kelompok Umur
X
= Kelompok umur
F =
Penduduk perempuan
Kelemahannya :
Tidak memperhitungkan kemungkinan
mati bayi wanita tersebut sebelum masa reproduksinya.
3. Net
Reproduction Rate/ NRR
Angka yang menunjukkan rata-rata
jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama hidupnya dan
akan tetap hidup sampai dapat menggantikan kedudukan ibunya, dengan mengikuti
pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Ukuran reit reproduksi
neto memperhitungkan pula unsur kematian. Adapun rumus perhitungannya sebagai
berikut.
NRR=5x:15-1945-49ASFRnLxlx
Keterangan :
NRR =
Angka Reproduksi Neto
ASFR = Angka
Fertilitas menurut kelompok umur
X
= kelompok umur
F
= penduduk perempuan
nLxlx
= rasio masih hidup sejak lahir hingga umur x
4. Child Woman
Rate/ CWR
Perbandingan antara jumlah anak
dibawah umur 5 tahun dengan wanita usia reproduksi. Adapun rumus perhitungan
CWR sebagai berikut.
CWR= P0-4P f(15-49) x k
Keterangan :
P0-4= Jumlah anak dibawah usia 5 tahun
Pf(15-49) = banyaknya wanita umur 15-49
tahun
Kelebihan pengukuran CWR adalah
tidak usah membuat pertanyaan khusus untuk mendapatkan data yang diperlukan,
dan pengukuran ini berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di
negara yang registrasinya cukup baik pun, statistik kelahiran tidak
ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.
Kelemahannya yakni langsung
dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di
negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di
kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh
lebih besar. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, di mana
tingkat mortalitas anakm khususnya di bawah 1 tahun juga lebih besar dari orang
tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang
seharusnya dan CWR tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.
2.4 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi dan Menentukan Fertilitas
Ada beragam faktor yang mempengaruhi
dan menentukan fertilitas baik yang berupa faktor demografi maupun faktor
non-demografi. Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah struktur umur,
umur perkawinan, lama perkawinan, paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi
yang kawin sedangkan faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun
psikologi.
2.5 Standarisasi ukuran fertilitas
Teknik standarisasi yang
digunakan sama dengan teknik standarisasi yang digunakan untuk
pengukuran mortalitas. Kalau diketahui tingkat fertilitas menurut umur di
negara A dan B, dan ingin dibandingkan tingkat fertilitas menurut umur
dikalikan dengan jumlah penduduk standar dari masing-masing kelompok umur.
2.6 Pengaruh fertilitas terhadap masalah kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Fertilitas sebagai istilah demografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau
sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi
yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai
arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup
peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Sumber-sumber data
fertilitas dapat diketahui melalui registrasi, sensus penduduk dan survei.
Pengukuran fertilitas memiliki dua
macam pengukuran, yaitu pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas
kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah mengukur
jumlah kelahiran pada tahun tertentu yang dihubungkan dengan jumlah penduduk
yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan
pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan
oleh seorang wanita hingga mengakhiri batas usia subur.
Ada beragam faktor yang mempengaruhi
dan menentukan fertilitas baik yang berupa faktor demografi maupun faktor
non-demografi. Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah struktur umur,
umur perkawinan, lama perkawinan, paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi
yang kawin sedangkan faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi
maupun psikologi.
Saran
Demikianlah yang bisa kami
sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasanmakalah ini, tentunya banyak
kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan rujukan atau
refrensi yang kami peroleh.sehubungan dengan makalah ini penulis banyak
berharap kepada pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun
kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Hatmadji,
Sri Harjati. 2004. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2004. Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi UI Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Ida
Bagoes Mantra. 2009. Demografi Umum. Edisi kedua. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Sri
Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Masalah Kependudukan Di Negara Indonesia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
No comments:
Post a Comment